Rabu, 30 Maret 2011

Makanan Paling Menantang di Vietnam

Sebagian orang menganggap hewan-hewan ini harus dibasmi, atau setidaknya ada bagian tubuhnya yang harus dibuang. Tetapi di Vietnam, semua bagian tubuh hewan masuk dalam kuali untuk dimasak.

Ada ungkapan lokal Vietnam yang mengatakan bahwa ketika seorang pria berhadapan dengan jenis hewan yang baru pertama kali dilihatnya, ia akan bertanya: "Apakah hewan ini berbahaya?". Selanjutnya, ia akan bertanya: "Apakah hewan ini bisa dimakan?"

Orang Vietnam adalah pemakan yang suka bertualang, dan mereka tidak takut untuk memakan semua bagian hewan. Berikut ini adalah enam hidangan unik dari Vietnam.

 Jangkrik goreng, diternakkan, rasanya ringan dan renyah seperti berondong jagung.


Serangga


Suku Khmer yang tinggal di Delta Mekong termasuk salah satu pemakan serangga dan laba-laba paling banyak di Vietnam, meski beberapa suku yang tinggal di pegunungan juga menikmati camilan serangga air raksasa, tarantula dan kalajengking. Yang paling sering dikonsumsi adalah jangkrik, larva lebah dan ulat sutera. Kebanyakan serangga itu digoreng dan diberi bumbu agar ada rasanya sebab tanpa bumbu, serangga itu tak punya rasa.
 Kodok paling lezat dinikmati dengan sereh dan cabai.


Kodok


Orang Vietnam tidak hanya makan kaki kodok. Setelah mengeluarkan isi perut dan menguliti kodok-kodok gendut ini, mereka biasanya menggoreng, merebus atau memanggangnya. Satu perkecualian: pada malam pertama turunnya hujan deras, para penduduk kampung akan berburu sejenis katak berkulit halus. Mereka kemudian akan merebusnya utuh, setelah mengeluarkan otot perut, lalu memakan seluruh katak ini — termasuk kulit, usus, dan lainnya, dengan sedikit perasan lemon, garam dan merica.
 Pha lau sangat populer ditambahkan ke mie rebus dan hot pot. Dari banyak makanan aneh yang ditulis di sini, pha lau adalah yang paling umum ditemukan turis di restoran.


Pha lau


Membuang bagian tubuh hewan bukanlah kebiasaan di Vietnam. Pha lau adalah tumpukan usus, paru, ginjal, hati dan perut sapi atau babi. Jeroan gurih itu dipotong dan diisikan ke dalam baguette atau dijual per piring untuk teman camilan minum bir atau anggur beras.





 Gigi cumi adalah makanan populer di kota-kota pinggir pantai — selalu disajikan dekat pasar ikan nelayan.


Gigi cumi


Gigi cumi (rang muc) adalah satu lagi bukti bahwa orang Vietnam tidak pernah membuang bagian tubuh hewan. Bagian mulut cumi-cumi berbentuk bundar seukuran kelereng, berwarna putih, dengan paruh hitam mungil muncul di ujungnya. Direbus dengan jahe, dipanggang jadi sate, atau digoreng tepung, makanan ini populer sebagai camilan anak sekolah atau ibu-ibu yang sibuk.




Di Vietnam, telur bebek (trung vit long) dan telur burung puyuh adalah penganan kecil yang populer.







Telur janin bebek


Telur janin bebek adalah camilan, makanan pembuka, dan teman minum bir yang sangat populer. Isinya lebih keras dari telur rebus biasa, dengan janin bebek yang sudah setengah terbentuk di dalamnya. Mungkin ada tanda-tanda bulu yang mulai muncul, tapi akan hancur di dalam mulut. Cara memakannya: pecahkan bagian atasnya, sisip cairannya, lalu sendok isinya. Bumbu yang populer adalah lemon dan merica hitam, rempah-rempah segar, acar sayuran, bawang putih mentah atau cabai hijau.

Sebelum memakan hewan liar


Sayangnya, beberapa restoran di Vietnam menyajikan hewan liar, bahkan yang terancam punah, dan sebagian besar didapat dengan cara ilegal. Beberapa buku petunjuk dan program televisi merekomendasika tempat-tempat ini, dan mengabaikan isu lingkungan. Kanal Travel Channel baru-baru ini harus menyunting ulang episode “No Reservations” dan “Bizarre Foods” yang menayangkan konsumsi hewan liar di Vietnam dan Kamboja atas tuntutan dari Wildlife Conservation Society.

Vietnam membolehkan “peternakan” hewan liar ini beroperasi jika mereka membayar izin. Tetapi banyak peternakan yang mendapatkan daging hewan dari pemburu gelap, termasuk bagian tubuh harimau, cairan hati beruang, dan cula badak yang diselundupkan dari Afrika.

Maka, di Vietnam, hindarilah semua restoran yang menyajikan hewan eksotis. Mereka tidak unik, tapi ilegal.

Minum antibiotik untuk batuk akut yang menghasilkan dahak hijau atau kuning hanya memiliki sedikit manfaat, demikian menurut penelitian terbaru. Sebuah studi yang melibatkan lebih dari 3.000 orang dewasa dari seluruh Eropa menemukan bahwa pasien yang menghasilkan dahak berwarna lebih mungkin diresepkan antibiotik oleh dokter mereka. Sayangnya minum antibiotik tampaknya tidak mempercepat pemulihan mereka, demikian menurut studi yang dipublikasikan di European Respiratory Journal. Batuk akut atau infeksi saluran pernapasan bawah merupakan alasan yang sangat umum bagi orang-orang untuk mengunjungi dokter mereka di Inggris. Batuk berdahak berwarna hijau atau kuning juga merupakan salah satu alasan paling umum untuk dokter meresepkan antibiotik, karena mereka percaya batuk itu mungkin disebabkan oleh bakteri. Tim dari School of Medicine di Cardiff University mengumpulkan data dari 13 negara Eropa untuk penelitian mereka, meminta pasien dan dokter untuk merekam gejala dan pengobatan untuk kondisi tersebut. Para peneliti menemukan bahwa pasien yang menghasilkan dahak hijau atau kuning diberi resep antibiotik "jauh lebih sering" dibandingkan mereka mereka yang berdahak bening atau putih. Mereka juga menemukan bahwa, setelah tujuh hari, perbedaan terbesar antara mereka yang dan tidak diobati dengan antibiotik kurang dari satu setengah persen poin pada skala keparahan gejala. Profesor Chris Butler, yang memimpin studi itu, mengatakan, “Temuan kami seirama dengan dengan temuan dari percobaan acak di mana manfaat dari perawatan antibiotik dalam dahak yang menghasilkan warna hampir tidak ada pengaruhnya.” "Temuan kami menambah bobot pesan bahwa batuk akut pada orang dewasa tidak sembuh lebih cepat dengan pengobatan antibiotik,” imbuh Profesor Butler seperti dilansir BBC. "Bahkan, resep antibiotik dalam situasi ini hanya dihadapkan pada efek samping dari antibiotik, merongrong masa depan, dan menggerakkan pada resistensi antibiotik." Profesor Butler menambahkan, "Antibiotik bisa menyelamatkan nyawa orang, tetapi kita perlu untuk menjauhkan obat tersebut dari orang-orang yang tidak akan mendapatkan keuntungan dengan mengonsumsinya. Semakin banyak kita menggunakannya, semakin kecil kemungkinan antibiotik itu bekerja." Prof Iwan Dwiprahasto, Guru Besar Farmakologi Universitas Gadjah Mada menuturkan penggunaan antibiotik yang tidak tepat bisa membahayakan kesehatan masyarakat secara global maupun individu. Bentuk penyalahgunaannya cukup beragam mulai dari tidak tepat memilih jenis antibiotik hingga cara dan lamanya pemberian. "Kebiasaan memberikan antibiotik dengan dosis yang tidak tepat serta waktu pemberian yang terlalu singkat atau terlalu lama akan menimbulkan masalah resistensi yang cukup serius," ujar Prof Iwan dalam acara workshop jurnalis kesehatan di Depok, Sabtu (26/3). Infeksi virus seperti demam, flu, batuk pilek, radang tenggorokan dan beberapa infeksi telinga merupakan infeksi yang tidak boleh diobati dengan antibiotik. Hal ini karena antibiotik membunuh bakteri dan tidak membunuh virus.(go4/*)

VIVAnews - Susu bukan hanya pelengkap makanan yang harus dikonsumsi setiap hari. Tapi, juga bermanfaat untuk menunjang kesehatan. Bahkan, menurut penelitian di Universitas Wageningen dan Harvard, minum tiga gelas susu setiap hari, mampu mengurangi risiko terkena penyakit jantung sebesar 18 persen.
Hasil penelitian ini sekaligus membantah mitos yang menyatakan bahwa mengonsumsi susu setiap hari dapat mengakibatkan penambahan berat badan dan berujung pada munculnya serangan penyakit jantung, stroke, bahkan kematian.Penelitian itu dilakukan dengan mengkaji 17 penelitian dari Eropa, Amerika, dan Jepang. Para peneliti tidak menemukan hubungan antara konsumsi susu biasa atau rendah lemak dan peningkatan risiko penyakit jantung, stroke, atau kematian."Susu adalah makanan yang bergizi dan sehat. Kaya akan nutrisi alami, seperti kalsium, kalium dan protein," ujar Cindy Schweitzer, Direktur Teknik, Global Dairy Platform.Kemudian, penelitian lain di Israel yang diterbitkan pada American Journal of Clinical Nutrition juga menyebutkan bahwa konsumsi susu kalsium yang lebih tinggi akan berpengaruh terhadap penurunan berat badan.Penelitian itu dilakukan terhadap 300 pria dan wanita yang mengalami kelebihan berat badan selama dua tahun. Kesimpulannya, orang yang mengonsumsi susu yang mengandung kalsium tinggi, kehilangan 38% berat badan mereka dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi susu rendah kalsium.Peneliti Amerika Serikat juga mengkaji 21 penelitian yang mencakup hampir 350.000 data dan menyimpulkan bahwa konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh tidak berhubungan dengan peningkatan risiko, baik penyakit jantung koroner atau penyakit jantung. Penelitian ini diterbitkan pada American Journal of Clinical  Nutrition.Selain itu, ada lagi penelitian yang diterbitkan pada American Journal of Epidemiology juga. Penelitian terhadap 23.366 pria di Swedia ini mengungkapkan bahwa  konsumsi kalsium di atas tingkat harian yang direkomendasikan dapat mengurangi risiko kematian akibat penyakit jantung dan kanker sebesar 25%. (pet)

Batuk Berdahak Tidak Efektif Diberi Antibiotik

Minum antibiotik untuk batuk akut yang menghasilkan dahak hijau atau kuning hanya memiliki sedikit manfaat,  demikian menurut penelitian terbaru.

Sebuah studi yang melibatkan lebih dari 3.000 orang dewasa dari seluruh Eropa menemukan bahwa pasien yang menghasilkan dahak berwarna lebih mungkin diresepkan antibiotik oleh dokter mereka.  Sayangnya minum antibiotik tampaknya tidak mempercepat pemulihan mereka, demikian menurut studi yang dipublikasikan di European Respiratory Journal.

Batuk akut atau infeksi saluran pernapasan bawah merupakan alasan yang sangat umum bagi orang-orang untuk mengunjungi dokter mereka di Inggris.

Batuk berdahak berwarna hijau atau kuning juga merupakan salah satu alasan paling umum untuk dokter meresepkan antibiotik, karena mereka percaya batuk itu mungkin disebabkan oleh bakteri.

Tim dari School of Medicine di Cardiff University mengumpulkan data dari 13 negara Eropa untuk penelitian mereka, meminta pasien dan dokter untuk merekam gejala dan pengobatan untuk kondisi tersebut.

Para peneliti menemukan bahwa pasien yang menghasilkan dahak hijau atau kuning diberi resep antibiotik "jauh lebih sering" dibandingkan mereka mereka yang berdahak bening atau putih.

Mereka juga menemukan bahwa, setelah tujuh hari, perbedaan terbesar antara mereka yang dan tidak diobati dengan antibiotik kurang dari satu setengah persen poin pada skala keparahan gejala.

Profesor Chris Butler, yang memimpin studi itu, mengatakan, “Temuan kami seirama dengan dengan temuan dari percobaan acak di mana manfaat dari perawatan antibiotik dalam dahak yang menghasilkan warna hampir tidak ada pengaruhnya.”

"Temuan kami menambah bobot pesan bahwa batuk akut pada orang dewasa tidak sembuh lebih cepat dengan pengobatan antibiotik,” imbuh Profesor Butler seperti dilansir BBC. "Bahkan, resep antibiotik dalam situasi ini hanya dihadapkan pada efek samping dari antibiotik, merongrong masa depan, dan menggerakkan pada resistensi antibiotik."

Profesor Butler menambahkan, "Antibiotik bisa menyelamatkan nyawa orang, tetapi kita perlu untuk menjauhkan obat tersebut dari orang-orang yang tidak akan mendapatkan keuntungan dengan mengonsumsinya. Semakin banyak kita menggunakannya, semakin kecil kemungkinan antibiotik itu bekerja."

Prof Iwan Dwiprahasto, Guru Besar Farmakologi Universitas Gadjah Mada menuturkan penggunaan antibiotik yang tidak tepat bisa membahayakan kesehatan masyarakat secara global maupun individu. Bentuk penyalahgunaannya cukup beragam mulai dari tidak tepat memilih jenis antibiotik hingga cara dan lamanya pemberian.

"Kebiasaan memberikan antibiotik dengan dosis yang tidak tepat serta waktu pemberian yang terlalu singkat atau terlalu lama akan menimbulkan masalah resistensi yang cukup serius," ujar Prof Iwan dalam acara workshop jurnalis kesehatan di Depok, Sabtu (26/3).

Infeksi virus seperti demam, flu, batuk pilek, radang tenggorokan dan beberapa infeksi telinga merupakan infeksi yang tidak boleh diobati dengan antibiotik. Hal ini karena antibiotik membunuh bakteri dan tidak membunuh virus.(go4/*)

Wah! Ada Bintang Porno Lagi di 'Suster Keramas 2'

Masih ingat dengan film Suster Keramas yang menampilkan bintang film dewasa Rin Sakuragi? Film tersebut dibuat sekuel yakni Suster Keramas 2. Kali ini, pemerannya Sora Aoi yang juga bintang porno Jepang.

 

JAKARTA - Masih ingat dengan film Suster Keramas yang menampilkan bintang film dewasa Rin Sakuragi? Film tersebut dibuat sekuel yakni Suster Keramas 2. Kali ini, pemerannya Sora Aoi yang juga bintang porno Jepang.
"Iya, memang Sora kita gandeng di film Suster Keramas 2," tutur Ody Mulya Hidayat, produser Maxima Pictures yang memproduksi Suster Keramas, saat dihubungi okezone, Selasa (29/3/2011).
Alasan Ody menggeser Rin Sakuragi dan mengganti dengan Sora, tak lain dan tak bukan karena minat pasar yang begitu tinggi.
"Kita sudah lihat naskahnya dan Sora kita nilai cocok untuk berperan di film ini. Film Suster Keramas kemarin lumayan laku di Indonesia. Suster Keramas dulu juga kita jual di luar negeri dan lumayan laku. Apalagi, nanti kalau kita ajak Sora Aoi," beber Ody optimistis.
Selain itu, jalan cerita yang berbeda dengan film sebelumnya menjadi alasan Ody melirik aktris seksi kelahiran 11 November 1983 ini.
"Kita ingin lebih variatif saja. Kita ingin ganti bintangnya. Ceritanya juga beda dengan Suster Keramas. Hanya judulnya saja tetap ada Suster Keramas," paparnya.
Syuting film sudah berlangsung di wilayah Puncak dan Jabotabek sejak bulan lalu. Rencananya, film akan dirilis pada 21 April 2011.

7 Tanda Pria Sedang Ingin Bercinta

Anda tidak perlu ragu lagi untuk menyiapkan diri atau justru menghindar ketika pria pasangan Anda mulai 'beraksi'.

Banyak pria tidak ragu untuk menunjukkan dirinya ingin bercinta dengan Anda, namun lebih banyak lagi yang berusaha menutup-nutupinya. Entah karena alasan malu, takut ditolak, atau justru ingin memberikan kejutan pada Anda, seorang pria lebih suka menutupi hasratnya untuk bercinta. Namun tenang saja, kita tetap bisa mengetahui hal ini dari tanda-tanda berikut ini.

1. Ereksi mata

Tidak hanya di 'bawah' sana yang mulai ereksi, pupil mata mereka juga bisa menunjukkan tanda-tandanya. Pupil mata pria akan membesar, membuat bagian gelapnya nampak membesar ketika mereka mulai bergairah.

2. Lubang sabuk

Dia mengaitkan ibu jari tangan di lubang sabuknya. Yes, absolutly.. ini gerakan yang mungkin juga tidak dia sadari untuk membuat Anda memperhatikan gundukan di dekat lubang sabuk itu.

3. Hidungnya gatal

Tanda yang lain yaitu dia menyentuh hidungnya berulang kali. Sebuah penelitian yang dimuat di Journal of the Royal Society of Medicine menemukan bahwa ada keterkaitan antara syaraf di hidung mereka dengan sistem ereksi mereka.

4. Suaranya lebih dalam

Sebuah studi di tahun 2010 menemukan bahwa seseorang cenderung merendahkan nada bicaranya dan menggunakan suara yang lebih dalam ketika sedang bergairah.

5. Sentuhan di bahu Anda

Aksi mendekap dan menggosok-gosok bahu Anda bisa jadi tindakan tidak sadar sebagai simulasi dia menguasai tubuh Anda.

6. Posisi tangannya saat memeluk

Mungkin biasa saja ketika dia memeluk Anda, namun coba perhatikan posisi tangannya. Jika tangannya berada di balik pinggul Anda dan bergerak-gerak di sana, sepertinya dia ingin menyentuh Anda lebih jauh.

7. Gigit bibir

Ketika si dia nampak menggigit bibir sambil sesekali menggelengkan kepalanya, tidak perlu ragu lagi bahwa dia ingin bercinta dengan Anda. Seroang pria sedang merisaukan sesuatu yang sangat menggodanya jika melakukan gerakan tersebut.

Selasa, 29 Maret 2011

Fosil Tertua di Bumi Ternyata Cuma Kristal Mineral

Dua puluh tahun lalu, ilmuwan memuji penemuan penting berupa fosil tertua di Bumi yang ditemukan di batuan Australia. Kini, studi mahakarya itu terbantahkan. Kenapa?
Berdasarkan analisis struktur mikroskopis terbaru, batuan yang dianggap mengandung mikroba berusia 3,5 miliar tahun itu ternyata hanyalah serangkaian batu yang berisi kristal mineral.
Penemuan itu menyarankan agar para ahli astrobiologi berhati-hati melakukan labelisasi kehidupan alien pada batu di Mars. Buktinya, ilmuwan masih kesulitan menemukan bukti kehidupan awal di Bumi.
Ahli dari University of Kansas, Amerika Serikat, awalnya tidak percaya dengan keberadaan karbon, materi awal kehidupan, pada batuan di kawasan Apex Chert, Plbara, barat Australia.
Mereka lalu mengiris batuan itu dengan tebal 300 mikron, sekitar tiga kali diameter rambut manusia, lalu mempelajarinya di bawah mikroskop. Ternyata, bukan karbon yang ditemukan melainkan batuan kuarsa dan mineral haematite. "Ini merupakan kejadian lucu di dunia ilmu pengetahuaan saat Anda melakukan sesuatu yang bisa mengubah sesuatu 180 derajat. Kami ternyata menemukan sesuatu yang lebih rumit dari dugaan sebelumnya,” ujar salah satu penulis studi, Craig Marshall.